Matahari condong 20 derajat ke barat. Ilalang-ilalang
panjang rebah dilewati oleh angin sore. Panas membakar kulit, membuatku refleks
untuk menutup wajah dengan ujung kerudungku yang panjang, salah satu
kebiasaanku ketika panas menyengat untuk menghindari sinar ultraviolet. Dalam
hati aku mengumpat sebal, mengapa aku harus hidup pada abad ke-21 dimana
ketenangan hidupku terusik oleh hadirnya pemanasan global?! Mungkin kalau saja
aku hidup di abad ke 18, aku bisa..
Ah..
lagi lagi aku negative thinking. Padahal aku mencoba untuk merubah kebiasaan
burukku itu. Aku pun membuang pikiran itu jauh-jauh.
Aku
melangkah sendirian di jalan kecil yang tak memiliki nama, meski begitu, tanpa
jalan ini aku tak bisa jalan ke sekolah. Sekarang langkahku mulai gontai,
bawaan di tasku terlalu berat. Ingain rasanya aku membuang tas ini, sambil
berharap ada yang membopongku sampai rumah.
Tiba-tiba
terdengar bunyi klakson dibelakangku, kemudian ada seseorang menghentikan laju
motornya didepanku. Ya ampun.. aku tak berpikiran akan ada yang menjemputku.
Aku tak peduli siapapun dia, yang penting aku tak akan pingsan di jalan. Ku
lihat wajahnya, beeh.. itu kan Prince Charming-ku. Duh, pasti aku
mimpi. Dan ternyata aku memang sedang bermimpi. Aku baru menyadari dia tak
menoleh ke arahku, dan malah menoleh kearah warung di sampingnya seraya
berkata, “Bang, es kelapa satu ya!”
Astaghfirullah..
T.T